Jumat, 05 Desember 2014

Perbandingan Pengolahan Limbah/Pencemaran Oli/Minyak Di Indonesia Maupun Luar Negeri

Masalah  yang ada mengenai pencemaran laut akibat oil spil di amerika serikat tumpahan minyak di Teluk Meksiko
Pada tanggal 20 April anjungan minyak lepas pantai meledak, menewaskan 11 pekerja dan memicu kebocoran dari kepala sumur di dasar laut, diperkirakan 800.000 liter minyak mentah bocor per harinya dan mencemari teluk meksiko.
Metode penanganan limbah yang dilakukan perusahaan BP untuk mengatasi hal tersebut adalah metoda 'top kill' untuk mengatasi kebocoran minyak dengan memompa lumpur dan semen ke dalam sumur yang bocor untuk menghentikan aliran minyak dan gas. Metode "top kill", yaitu memompa lumpur dan semen ke dalam sumur yang meledak itu untuk menghentikan aliran minyak dan gas. Menurut BP, operasi yang diduga akan dimulai hari Rabu, memiliki kemungkinan sukses antara 60 sampai 70 persen.

Pencemaran Laut oleh Limbah Kapal di Indonesia
Pembuangan limbah kapal berupa crude oil jenis limbah B3 dari pencucian kapal tanker di Singapura di perairan Pulau Sambu, Batam yang diindikasi sudah lama berjalan sehingga menyebabkan kondisi ekosistem perairan pulau sambu sudah tercemar karena limbah crude oil tersebut susah sekali terdegradasi di lautan sehingga banyak limbah crude oil tersebut tenggelam di dasar laut pulau sambu sehingga menutupi ekosistem terumbu karang yang ada di dalamnya sehingga menimbulkan banyak terumbu karang yang mati, dan ikan sudah tidak tahun juga menurun penyebabnya tidak hanya penangkapan ikan yang over fishing tetapi faktor pencemaran lingkungan laut seperti pembuangan limbah pencucian kapal-kapal di singapura.
Penanganan ( Treatment ) :
Menurut Mukhtasor (2007), Penanganan limbah kapal yang berupa minyak bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan – peralatan pengolah limbah yang ada di kapal , misal mesin pemisah antara minyak dengan air dengan memanfaatkan gaya gravitasi (pits). Air limbah pada kapal yang telah ditampung disuatu tangki dalam jangka waktu tertentu pada lapisan minyak bisa terpisah dari lapisan air, hal ini disebbakan karena adanya gaya gravitasi (pits) ini yang memisahkan antara lapisan minyak dan lapisan air.
Alat yang lainnya berupa piringan-piringan yang disusun secara paralel (plate coalescers), yang dapat mencegah tumpahan minyak tidak menyebar terlalu jauh. Lapisan minyak dan air ini akan tersedot ke dasar piringan sehingga lapisan minyak akan terangkat ke atas dan kemudian diambil oleh scrapper.
Apabila limbah kapal tersebut sudah berada di laut dan mencemari lautan, penanganan yang tepat antara lain menggunakan metode fisika ( penggunaan boom ), metode kimia ( dispersan ), metode biologi ( bioremidiasi ) dan dengan pembakaran :
• Boom
Boom bentuknya mengapung dan berfungsi untuk menghalangi penyebaran tumpahan limbahan minyak lebih luas lagi. Prinsip kerjanya adalah menahan gerakan minyak dari arus air laut dengan solid screen. Tujuannya adalah menghentikan aliran minyak sehingga minyak terkumpul di dalam boom dan memiliki ketebalan yang besar sehingga memudahkan untuk dipindahkan dari air laut
• Dispersan
Dispersan adalah sejenis bahan kimia yang dapat memecahkan lapisan minyak menjadi butiran-butiran kecil yang kemudian dapat menyebar keseluruh badan air dan kemudian akan menguap ke udara. Dispersan ini hnya boleh dilakukan di perairan yang jauh dari pantai, karena bahan kimia ini bersifat toxic , apabila bahan kimia ini menyebar ke ekosistem pesisir yang dimana banyak terdapat mangrove, terumbu karang, dan padang lamun akan mudah merusak ketiga ekosistem ini. Maka metode dispersan lebih cocok digunakan pada laut lepas. Agar tidak mengganggu ekosistem penting yang ada di pesisir yang dimana menjadi tempat bertelur, berlindung dan mencari makan.
• Bioremidiasi
Metode bioremediasi ini digunakan dengan memamnfaatkan mikroorganisme yang ada disekitar kita yang dapat mendegradasi minyak. Pada bioremediasi terdapat dua pendekatan antara lain : Bioaugmentasi , dimana mikroorganisme pengurai ditambahkan atau dapat pula dilakukan pembenihan, untuk melengkapi populasi mikroorganisme pengurai yang telah ada. Tahap kedua , Biostimulasi dimana peryumbuhan pengurai karbon dirangsang dengan cara menambahkan nutrien, berupa inorganik fertilizer maupun fosfat atau nitrat yang akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mendegradasi minyak atau mengubah habitat mikroorganisme pengurai.
• Pembakaran
Cara yang paling mudah dalam menangani limbah minyak yaitu dengan membakar minyak tersebut asalkan lokasi yang tercemar berada di laut lepas dan kondisi angin yang mendukung pula, karena menghasilkan asap hitam yang tidak baik untuk kesehatan dan api sulit dikendalikan. Maka dalam pembakaran limbah minyak hal yang perlu diperhatikan yaitu pembakaran dilakukan pada penggunaan 2-3 ft atau kurang dari kedalaman tersebut.

Dari kedua masalah yang terjadi tersebut diketahui bahwa disetiap negara memiliki penanganan pengolahan limbah di laut yang berbeda-beda tergantung dari masalah dan kodisi yang dihadapi. Namun dari perbedaan penanganan limbah tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu membersihkan kembali atau menormalkan kembali kondisi laut yang tercemar oleh limbah tersebut.



Sumber: