Jenderal
Besar TNI Anumerta Soedirman
Soedirman
menempuh pendidikan formal di Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia lanjut ke HIK
(sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta, namun tidak tamat. Saat itu Soedirman
giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Selanjutnya ia menjadi guru di
sekolah menengah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ia juga menjadi wakil ketua
Pemuda Muhammadiyah Karesidenan Banyumas.
Karir
militer Soedirman dimulai pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Ia
mengikuti pendidikan calon daidanco PETA di Bogor. Setelah lulus, ia menjadi
komandan di Kroya. Figurnya yang kharismatik serta menampakkan kedewasaan yang
jauh melampaui usianya.
Ketika
dikeluarkan Maklumat Pemerintah pada 1 November 1945. Bermunculan
pasukan-pasukan bersenjata dari berbagai unsur. Banyak partai memiliki pasukan
bersenjata. Karena perbedaan ideologi, agama, dan latar belakang sosial, sering
terjadi perselisihan di antara mereka. Namun laskar-laskar ini dapat
dipersatukan dengan tentara oleh Soedirman.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada tanggal
15 Oktober 1945, dan Soedirman dipercaya memimpin Divisi Banyumas dengan
pangkat kolonel. Ketika dilangsungkan Kongres TKR tanggal 12 November 1845 di
Yogyakarta, Soedirman dipilih sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat
jenderal, dan Urip Sumoharjo sebagai Kepala Staf.
Perang
besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan
pasukan Inggris dan NICA yang berlangsung dari bulan November hingga Desember
1945. Pada bulan Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman
terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12
Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan
Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari
tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Setelah
kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia
dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat
Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi
lainnya, tapi karena prestasinya.
Ketika
berada di Yogyakarta, penyakit yang diderita Soedirman semakin parah. Akibat
penyakitnya, paru-parunya yang berfungsi tinggal satu. Yogyakarta pun kemudian
dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah
Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan
beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi
genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan
kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari
hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan
lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Ia
memimpin pasukan gerilya dengan rute dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun hingga
Kediri.
Jenderal
Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Januari 1950
akibat sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan di Semaki, Yogyakarta. Tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal
Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga
jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution
dan dirinya sendiri.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar